Puisi: 13 Tahun Agama

*Dibacakan pada Unmasked Open Mic "Ascendance" di Jakarta, 18 Agustus 2018


November 2005: Ibu saya berjualan kue lebaran tapi ada sisa
Dia meminta saya memberikannya pada tetangga
"Tapi, mah, dia kan batak dan kristen. Tidak Lebaran kayak kita"
"Oh tenang saja, ini kue persahabatan semata"
Di rumah tetangga, kue disambut dengan suka cita
Oh ternyata dia belum pernah menerima kue lebaran seumur hidupnya
Maka sebulan sesudahnya, ketika Natal tiba...
...giliran keluarga saya dapat kue darinya
Indahnya perbedaan kita.

Tapi tahun demi tahun mengubah semuanya
Gereja-gereja disegel orang-orang yang murka
Ahmadiyah, Syiah, dipukuli atas dasar prasangka
Perempuan muslim, yang siswa atau abdi negara, dipaksa pakai jilbab di kepalanya
LGBT diusir, karena tiba-tiba selangkangan saya jadi urusan Anda semua!

Gubernur bersih, masuk penjara; protes adzan kencang, eh dihukum juga.
Atas nama? Pe-nis-ta-an-a-ga-ma

Sejak kapan agama jadi dipaksa-paksa?
Sejak kapan ini jadi watak Indonesia?

Juni 2018: Pilkada
Ayah saya hanya ingin memilih pemimpin yang seagama
Ibu berkata, "iya, betul juga”

Kemarin hari kemerdekaan kita, dan secara munafik bangga dengan keberagaman kita
Merdeka, merdeka, merdeka!
Padahal isinya penuh borok dan luka

Jakarta, 16 Agustus 2018

Pic taken by Putri Minangsari (@poetryreading)




Comments