Apakah Propaganda LGBT Betul Ada?
Istilah “Propaganda
LGBT” mencuat terutama setelah Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta UNDP
menghentikan aliran dana untuk kelompok pelangi. Kelompok LGBT dituding
melakukan gerakan masif yang disebut kelompok heteroseksual sebagai “agenda
LGBT”.
Namun apakah itu propaganda LGBT?
Simak wawancara antara Jurnalis KBR Rio Tuasikal dengan Ienes Angela, transgender
yang bekerja di organisasi penanggulangan HIV/AIDS, GWL-INA.
Bagaimana Anda menanggapi pernyataan Jusuf Kalla?
Mungkin dia
berfikir NGO – karena bukan pemerintah – adalah oposisi. Padahal kita membantu kerja pemerintah dan
capaian pemerintah. Jembrengin deh SDGs (Sustainable
Development Goals, Target Pembangunan Berkelanjutan) ada ratusan butir.
Kalau pemerintah mau buka mata, itu target kerja pemerintah. Sebetulnya apa
yang kami lakukan membantu butir-butir itu. Misalnya butir menurunkan angka
HIV/AIDS. Mereka malah berpikirnya kami propaganda, membuat gerakan yang masif.
Lalu ke manakah sebetulnya dana dari UNDP?
UNDP kan United
Nations Development Program. Kalau di Indonesia kan kayak Kemenko-PMK. Mereka
tidak spesial memberi dana untuk LGBT, ada banyak dan salah satunya adalah
penanggulangan HIV. Kebetulan, organisasi saya ini menyasar gay, waria, dan lelaki
seks lelaki yang masuk populasi kunci HIV, tapi malah LGBT yang disorot.
Padahal UNDP memberikan dana untuk kesehatan dan HIV. UNDP juga bekerjasama
dengan Kemenkes untuk membuat layanan itu lebih ramah.
Bagaimana jika Jusuf Kalla minta dana bantuan itu
dihentikan?
Sebenarnya nggak
hanya dari UNDP. Silakan saja dia mau stop seluruh bantuan internasional dari
mana pun. Nggak cuma dari UNDP atau USAID. Kalau memang pemerintah bisa
menyediakan sendiri apa yang komunitas butuhkan – terlepas komunitas LGBT atau
bukan – kalau memang bisa dicukupkan sendiri dari APBN, APBD, apa pun, tak
masalah. Bantuan luar itu kan untuk mengisi dan menutupi celah. Dari yang
pemerintah lakukan, ternyata kurangnya di sini dan ini tidak bisa dilakukan
pemerintah tapi komunitas. Dana itu masuk untuk membiayai komunitas kerja ini.
Bagaimana respon Anda terhadap istilah “propaganda LGBT”?
Kalau kita disebut
kampanye, betul ini kampanye layanan. Bagaimana supaya layanan HIV/AIDS diakses
komunitas kami. Kami memang mencari LGBT
yang tersembunyi. Kalau mereka tersembunyi dan tak berani mengakses layanan di
luar, kami beritahukan ada layanan yang sudah ramah. Bisa akses ke sana dan
nggak perlu takut rahasia terbongkar, baik terkait status HIV atau gay-nya.
Bukan propaganda ke straight, jadi
gay yuk biar kita angkanya makin gede. Bukan itu.
Apakah masuk akal tuduhan bahwa LGBT menularkannya
orientasi seksnya?
Ini bisa dijelaskan
konsep penerimaan diri. Pada saat ada seseorang merasa dirinya berbeda, itu ada
tahapannya. Ada tahapan satu di mana dia merasa berbeda dari orang lain. Tahap
berikutnya dia akan mencari orang yang sama dengan dia, mulai mencari
komunitasnya. Saat ini dia akan lebih intens datang ke komunitas. Momen itu
yang dicap sama orang sebagai ‘ketularan’. Karena sering-sering ketemu orang
itu akhirnya dia gay. Padahal sebelumnya itu ada dalam tingkatan penerimaan
diri. Proses tiga tahap ini yang tidak dilihat orang.
Ada yang menuduh bahwa LGBT ingin menambah jumlahnya.
Bagaimana?
Kalau memang ada
LGBT yang merasa tidak yakin, galau, ya kita kuatkan. Bahwa menjadi
homoseksual, transgender, gay, atau lesbian itu tidak salah selama kamu bisa
berbuat positif. Dan program kami tidak ada urusan dengan heteroseksual.
Ditulis untuk portalkbr.com
Comments
Post a Comment
Mari berbagi pemikiran