#CINTAindonesia : Agama yang Berbincang

Oleh @riotuasikal
photo oleh @atamerica
SYAHDU TOTAL. Begitulah saya waktu #CINTAindonesia Jakarta di @america, Jumat (22/2) kemarin. Melihat lima pemuka dari tiap agama di Indonesia berbicang soal toleransi. Kata mereka, nyatanya setiap agama punya dasar untuk keragaman. Bahkan mereka melemparkan lelucon yang sekilas rasis, namun sebenarnya melampaui pemahaman teologis. Semua tertawa. Begitulah sepatutnya perbedaan dirayakan. Sepatutnya.

Namun di luar sana, segelintir orang memaknai perbedaan dengan cara berbeda. Lihatlah mereka yang mempertontonkan ketidaksejutuan dengan kekerasan. Lihatlah mereka yang, atas nama beda, merasa berhak melempari orang dengan batu. Lihatlah mereka yang, tanpa merasa malu apalagi bersalah, merasa boleh merusak rumah ibadah orang lain.

Barangkali #CINTAindonesia sudah muak dengan itu. Sekaligus rindu pada perbincangan yang saling rendah hati. Kangen pada wajah Indonesia yang beragam dan rupawan. Itulah kenapa dialog kemarin begitu relevan. Sebab dialog bukanlah debat. Bila debat mencari argumen yang tepat, dialog hanya menjalin sepakat. Sepakat bahwa semua berbeda, dan tak ada yang perlu dipermasalahkan.

Namun pelajaran toleransi sesungguhnya dimulai di hari kedua, Sabtu (23/2). Saat seluruh peserta CINTAindonesia mengunjungi kelenteng, masjid, katedral, gereja dan pura. Di tiap lokasi, peserta dibekali konsep kunci dari tiap agama. Berkenalan dengan wajah asli agama-agama tadi. Membangun kesadaran universalitas kebaikan agama, hanya berbeda praktiknya.

Bagi saya, belajar agama lain itu penting. Tapi jauh lebih penting adalah interaksi itu sendiri. Yakni saat setiap peserta, dari agama apa pun, berani mengobrol satu sama lain di bus tanpa ada lagi batas prasangka. Saat semua makan ayam bakar berdampingan, juga berbagi tawa untuk kelucuan yang sama. Bersama-sama membongkar dinding stigma yang terlanjur dipercayai. Membangun pengertian yang samasekali baru.

Bagaimana pun toleransi adalah seperangkat pengalaman, bukan cuma pemahaman. Maka tak perlu pendalaman soal teologi yang bikin pening. Cukup ngobrol-ngobrol personal biasa saja. Justru lewat perbincangan yang sederhana, pembersihan wajah Indonesia sedang dilangsungkan. Maka dengan sendirinya #CINTAindonesia telah meruntuhkan survei CSIS, membongkar laporan CRCS UGM, menghancurkan data intoleransi mana pun di muka bumi.

Bila perdamaian Indonesia hanya semudah perbincangan, ya maka begitulah.[]

Comments

Post a Comment

Mari berbagi pemikiran