#1 Kebenaran: Benar yang Bagaimana?
Wartawan AS Sonia
Nazario tidak memihak siapa-siapa saat dia menulis buku pemenang Pulitzer
“Enrique’s Journey”. Sonia tidak membela Enrique dan 40.000 anak lainnya yang
pergi dari Amerika Tengah ke Amerika Serikat secara ilegal, untuk bertemu ibu
mereka yang juga di AS secara ilegal. Sonia tidak membela pemerintahan AS yang
memberlakukan peraturan ketat soal imigran gelap. Sonia tidak mengatakan salah
satu dari mafia Meksiko, keluarga Amerika Tengah, perawat, pastor, atau petugas
imigrasi yang terlibat dalam semua ini jadi pihak yang benar.
Di saat yang sama, saya
baru membaca “Sembilan Elemen Jurnalisme” dari Bill Kovach. Pembahasan
elemen 1 “memihak pada kebenaran” adalah
bagian yang paling menarik namun juga bikin bingung. Kebenaran versi siapa yang
ke sanalah jurnalisme berpihak? Apakah kebenaran versi pemerintah, redaktur,
pemilik media atau siapa? Dalam kasus Sonia, siapa yang benar: Enrique atau pemerintah AS?
Bill Kovach menegaskan
bahwa kebenaran yang dicapai oleh jurnalisme bukanlah kebenaran mutlak. Sebuah berita terbakarnya hutan
seluas dua hektar tak lebih dari sekeping kecil kebenaran. Peristiwa banjir pun
hanya bermakna jika ditempatkan dalam konteks kehidupan manusia. Menemukan
konteks ini adalah sepenuhnya urusan subjektifitas insan media. Tidak ada yang
objektif soal kebakaran dan banjir itu, tiap manusia melihatnya secara berbeda. Metodenyalah yang harus objektif.
Untuk mendekati
kebenaran itulah jurnalisme memulai segalanya lewat akurasi. “Akurasi, akurasi
akurasi,” Itulah yang jadi moto harian Sun
milik Joseph Pulitzer. Lewat akurasi dan kejujuran, jurnalis mencari
fakta-fakta untuk disatukan menjadi-istilah Washington Post-"kebenaran sedekat kebenaran bisa dipastikan". Sampai di sinilah kebenaran
jurnalisme itu, sebuah kebenaran
fungsional agar masyarakat dapat menjalani hidupnya hari itu. Kebenaran jenis ini terbuka untuk dikritisi, terus dilengkapi dan diperbaiki.
Benar bahwa Enrique menyeberangi Meksiko ke AS secara ilegal karena alasan
kemiskinan keluarga dan kerinduan pada ibunya. Benar bahwa pemerintah
AS mengencangkan aturan imingran gelap demi rakyatnya yang membayar pajak. Keduanya adalah fakta akurat dan terpercaya. Namun siapa yang benar-benar benar? Sonia hanya memberitahu Anda apa yang terjadi, bagaimana penderitaan setiap orang dan pendapatnya soal ini. Tugas jurnalisme selesai di sini, tidak lebih.
Di samping itu, mohon tandai bahwa jurnalisme
tidak menampilkan rekayasa. Jangan, misalnya, atas nama dramatisasi, seorang
wartawan meminta korban gempa untuk menangis saat diliput. Jangan pula,
misalnya, memadukan suara petir asli ke gambar lain yang tidak ada petirnya agar
mendapat kesan berbahaya. Meski awalnya suara dan gambar itu fakta, ia jadi
fiksi. Dalam jurnalisme sastrawi pun, tetap saja isinya hanya fakta, tanpa
imajinasi penulisnya.
Itulah, jurnalisme tidak akan menghadirkan kebenaran dalam versi yang utuh. Jurnalis hanya menyodorkan fakta, menghapus opini dan pendapatnya, menahan diri memberikan penilaian, jujur dan menjamin faktanya tidak dipengaruhi apapun. Jurnalisme tidak menyimpulkan. Jurnalisme menemani Anda berkesimpulan dengan apa yang disebut Carl Bernstein sebagai
“versi terbaik kebenaran yang bisa didapatkan”. []
Comments
Post a Comment
Mari berbagi pemikiran