Suara-Suara di Balik Asyura (3)


Teks dan foto oleh Rio Tuasikal  

Masjid Al- Amanah, Kawaluyaan- Kamis, 5 Desember

Suasana Al Amanah
Petang gerimis di kompleks Kawaluyaan Indah, Bandung. Ayat-ayat Al-Quran melantun dari pelantang di atas menara air. Al Amanah, masjid yang dari sanalah rekaman Quran itu diputar, ada di seberang menara air.

Masjid itu berlantai dua, yang atas untuk ibadah, bawahnya untuk wudhu dan kelas agama anak-anak. Warna hijau muda mendominasi interior masjid. Sekitar mimbar berhias ornamen kubus cekung dan cembung berbahan logam. Ada dua AC terpasang di dalam.

Seorang pria duduk membuka blackberry-nya selepas ia sholat maghrib.

“Jangan ke saya, ke Pak Suaedi saja,” kata lelaki bernama Affad Ruslan itu saat saya tanyai soal acara Asyura. “Kamis kemarin Pak Suaedi jadi panitia,” imbuhnya.

“Panitia apa, Pak?”

“Panitia buat nge-counter acara kemarin.”

Affad meminta saya menunggu hingga selepas Isya, sekitar pukul 7 malam. Akan ada pengajian rutin digelar di situ, dan Suaedi akan datang.

Saya menunggu Suaedi dengan berjalan ke teras masjid. Sebuah papan pengumuman memajang informasi buat jemaat. Mulai laporan keuangan kas masjid, kegiatan jemaat cilik, termasuk penolakan terhadap Syiah. Yang terakhir ini mengambil setengah ruang mading.

Al Amanah adalah 1 dari 7 masjid dalam Forum Komunikasi Dewan Keluarga Masjid (FKDKM) se-Kawaluyaan. Jumat (8/11) FKDKM ini menolak acara Asyura oleh Ikatan Jemaat Ahlul Bait Indonesia (IJABI) dilakukan di Istana Kana, Kawaluyaan. Lantaran tak dapat izin kepolisian, acara itu pindah lokasi ke aula Muthahhari, Kiaracondong.

“Pernyataan mendukung gerakan anti-Syiah,” demikian judul salah satu surat di mading. Surat itu menampilkan tanda tangan pengurus 28 masjid di kawasan metro Bandung dan Kawaluyaan. Terpampang pula berita dari Koran Tempo mengenai acara Asyura yang batal.

Dari mading ini pula saya tahu bahwa Suaedi adalah wakil ketua 1 DKM Al Amanah.

Suaedi datang sesaat sebelum pengajian dimulai. Affad yang mengenalkan saya.

“Di bawah saja,” kata Suaedi sambil berjalan ke ruang DKM dekat tempat wudhu. Kami berdua masuk dan duduk berhadapan, sebuah meja kecil jadi penghalang.

“Kamu Sunni atau Syiah?” tanya Suaedi ketika saya baru duduk. Saya jawab Sunni.

“Syiah yang ada di sini ini, enggak pernah ada koordinasi sama kita,” kata Suaedi. Menurutnya, alasannya menolak adalah karena Kawaluyaan diberitakan jadi kantung pemeluk Syiah. Acara Asyura yang sendiri sudah dilaksanakan di Kawaluyaan sejak 2008.

“Syiah ini kan berawal dari, satu, prinsip aqidah yang berbeda, syahadat yang berbeda, sholat yang berbeda,” jelas lelaki yang mengaku jadi koordinator penolakan ini.

Suaedi menambahkan, “Kemudian, khulafaurrasyidin (empat khilafah versi Sunni selepas Muhammad wafat) dihujat, istri rasul dianggap penghuni neraka. Dan ini kita ada testimoni. Tahun lalu ada jemaah kita, namanya Pak Mahdi. Beliau dari Hizbut Tahrir, ketua Hizbut Tahrir di Pangandaran.”

Saat ditanya dari mana ia tahu acara tersebut, ia menjawab, “Saya dapat kabar pertama, seminggu sebelumnya itu ada orang dari FPI (Front Pembela islam).”

Suaedi tidak ingat persis harinya, antara Selasa (5/11) atau Rabu (6/11) pekan sebelumnya. “Bada ashar ketemu orang FPI yang infokan (rencana acara Asyura di Kawaluyaan),” ungkapnya, “jelang magrib ada intel juga mengabari, dapat info didatangi FPI.”

Setelah informasi itu, Suaedi menuturkan bahwa secepatnya ia mengumpulkan anggota FKDKM dan mengadakan musyawarah. “Akhirnya kami bikin pernyataan bersama,” katanya.

Mengenai alasan penolakan, Suaedi mengungkapkan ada tiga hal. “Kami tidak mau daerah kami dianggap basis Syiah, karena Syiah berbeda dalam prinsip aqidah. Kemudian yang kedua, kami menyimak pengalaman yang terjadi di Madura, kemudian di Jember, ya kan? Yang sudah makan korban. Itu alasan pergerakannya. Yang ketiga adalah dari Fatwa MUI, bahwa Syiah adalah aliran terlarang,” jelasnya.

Mereka lalu membuat surat bernomor 001/B/FKDKM/XI/2013 yang merupakan surat pertama sepanjang 2013, dan dikeluarkan bulan November.

Surat itu kemudian disampaikan ke polsek Buah Batu, polrestabes Bandung, polda Jawa Barat, kelurahan, walikota Bandung, gubernur Jawa Barat, MUI, termasuk ormas. “Jadi kami yang bergerak di jalur formalnya, ormas yang membentengi massanya,” jelasnya.

Surat pernyataan anti Syiah di mading Al Amanah

FKDKM se-Kawaluyaan ini, menurut Suaedi, sudah dibuat sekitar lima tahun lalu. Saat itu pernah ada isu gereja tanpa izin di Kawaluyaan. Saya menemukan FKDKM ini belum berbadan hukum.

Dua hari sebelum acara, ujar Suaedi, pihak FKDKM bertemu dengan pemilik gedung dan IJABI sebagai penyelenggara. “Prinsipnya, mau ketemu atau tidak ketemu, prinsip, kami tidak akan mengizinkan,” jelasnya. Dia deskripsikan pertemuan malam itu, “alot.”

Menurut Suaedi, biasanya jemaat Syiah yang datang mencapai ribuan. Mereka berasal dari berbagai daerah termasuk di luar Jawa. Hal itu termasuk menimbulkan macet juga, katanya.

“Tahun lalu bagaimana, Pak?” tanya saya.

“Tahun lalu kami, tadi, kami belum dapat info awal. Dan testimoni. Dari testimoni itu kita, eee, tahu betul apa yang, apa yang dilakukan di situ gitu kan.

Pada hari H, menurut Suaedi, penyelenggara keukeuh mengadakan acara di lokasi tersebut.

“Bahkan yang bikin ininya lagi, ormas sudah terkumpul karena memang ada perwakilan kurang lebih 30 ormas. Kumpul hari Kamis pagi dari jam 7 sampai jam 10 malam,” jelas Suaedi, “Karena kami membentengi jangan sampai nanti betul-betul pindah ke situ.”

Menurut Suaedi, informasi pembatalan acara dari pemilik gedung keluar Kamis pukul 12 siang. Pukul setengah 1 siang, Suaedi dapat bukti transfer pengembalian uang sewa. Dia juga mengaku ditelepon oleh kepolisian yang mengabari bahwa acara Asyura akan dipindahkan, namun Suaedi tidak percaya.

Sepanjang hari itu, wilayah Kawaluyaan dijaga kepolisian.

“Karena desakan dari ormas, takutnya ormas ini betul-betul, memang sih ormas kita sudah sepakat aksi ini aksi damai, enggak ada yang anarkis,” jelasnya. “Terus saya ditunjuk jadi mediator antara ormas, kepolisian dan pemilik gedung.”

Menurut Suaedi, jadwal acara yang tercantum di gedung adalah kamuflase. “Syiah ini memang selama ini nggak bisa terang-terangan,” katanya.

“Kamuflase gimana, Pak?”

“Kamuflase itu bahwa di daftar acara di papan itu, jam 8 pagi sampai jam 2 itu ada pernikahan. Kemudian jam 4 itu ada tabligh akbar,” jelasnya. Di website www.majulah-ijabi.org, saya menemukan acara Asyura tersebut memang ditulis sebagai tabligh akbar.

Kamis (14/11) sore itu, kata Suaedi, anggota ormas makin banyak. Sejak pagi, ormas yang hadir di Al Amanah hanya perwakilannya saja.

“Nggak kumpul di depan (gedung Istana Kana), Pak?”

“Enggak. Kalau nanti acaranya dimulai, baru bergerak,” jelasnya.

Kehadiran ormas itu, Suaedi mengaku, sudah dimulai sejak Senin. Namun itu hanya sedikit karena bentuknya pemantauan saja.

“Ormasnya mana saja, Pak?”

“Dari al (tidak jelas), Istiqomah, kemudian ada Dewan Dakwah, ada FPI, kemudian Persis. Banyak banyak, saya nggak hapal.”

“Saya baca di berita ada IHDI, ormas apa itu, Pak?”

“Ngg.. banyak ya ada Hidayatullah, ada banyak yang ormas-ormas yang saya lihat masih ini betul,” jawabnya. Suaedi menambahkan, kunci komando ada satu yakni dari Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI).

Suaedi menuturkan pukul setengah 4 dirinya datang langsung ke lokasi acara lantaran di Istana Kana masih ada kegiatan. Suaedi meminta bertemu dengan kepolisian dan pemilik gedung. “Tolong gedung ini mau sterilnya kapan?” hentaknya menirukan perkataannya Kamis itu.

Menurut Suaedi, kepolisian bilang akan ada acara seremonial Asyura lebih dahulu. Suaedi menolak dan bilang, “karena di info yang saya dapatkan, di tempat ini mau ada tabligh akbar. Kalau memang tabligh akbar, beri seluas-seluasnya untuk umum bisa masuk. Artinya, ormas yang ada di Kawaluyaan ini diberi kesempatan ikut. Kalau memang tabligh akbar dan harus terbuka. Kalau nggak, sterilkan saat ini juga.”

“Mas, nanti jam setengah lima, karena kebetulan ada acara” ujar Suaedi menirukan ucapan polisi pada dirinya.

“Nggak bisa, pokoknya saat ini juga harus steril,” tutur Suaedi.

Suaedi mengambarkan adu mulut antara dirinya dengan kepolisian. Kepolisian meminta beberapa waktu lagi. Suaedi memaksa lokasi disterilkan saat itu juga.

“Kalau sampai setengah lima ada (kegiatan), jangan salahkan ormas ke sini,” tegas Suaedi menirukan ucapannya.

Akhirnya, menurut Suaedi, acara seremonial berupa orang membawa pedang jadi dilaksanakan di Kawaluyaan. Rombongan itu dikawal oleh Brimob. “Ke lokasi pindah itu, ke tempatnya kang Dajjaludin,” ujarnya.

“Apa, Pak?” Saya berpikir ia merujuk pada nama Jalaluddin Rakhmat, ketua dewan syura IJABI dan pejabat di sekolah Muthahhari.

“Ya kan soalnya itu Dajjal. Dan dia memang berdiri, kamuflase di kebebasan beragama itu,” tambahnya. Dajjal dalam tradisi Islam adalah figur apokaliptik yang akan memimpin umat yang jahat menjelang kiamat. Suaedi juga menuding pihak Jalaluddin Rakhmat didukung oleh ormas-ormas yang dibayar.
Suaedi menuturkan bahwa pihaknya juga membuat spanduk penolakan. Spanduk itu, menurutnya, banyak yang hilang beberapa waktu setelah dipasang.

“Pokoknya kalau aparat tidak netral, ormas yang akan menetralkan,” tegas Suaedi.

Kamis malam itu, menurut Suaedi, ada anggota ormas yang jadi provokator. Namun ia menolak mengikutinya.

Saat ditanya harapan ke depan, Suaedi menjawab, “Syiah segera dihilangkan dari Bandung, Jawa Barat, dan kalau perlu Indonesia.”

“Bapak sendiri pernah kenal langsung sama orang Syiah?” tanya saya.

“Enggak.” (RIO) 

Comments

  1. Masha Allah, kenal langsung aja ga pernah, kok bisa bikin kesimpulan seperti ini? Jadi teringat kunjungan ke Pondok Besar GAI di Jogja, Rio. Daripada selalu dengar "katanya", lebih baik cari tahu langsung. Lanjutkan, Rio. Romo Mike dari Katedral yg kini ditugaskan di Paroki Ibu Teresa, Cikarang, Bekasi juga mengingatkan bahwa perdamaian dan harmoni dalam perbedaan hanya bisa didapatkan tanpa ada kata-kata: "katanya" dan "pokoknya."

    Semangat, Rio! Pasti bisa. ^^9

    ReplyDelete
  2. Tanpa kerendahan hati dan bimbingan Tuhan, Pinter agama tidak menjamin orang jadi baik. Episode berikutnya ku nanti.

    ReplyDelete

Post a Comment

Mari berbagi pemikiran