Bhineka ala Gus Dur


Bayangkan Gus Dur berkelakar ini di gereja:
"Satu kali ada kyai berdoa. 'Ya Allah, tolong saya, anak saya lima tapi dua masuk Kristen,' curhatnya. Tak lama Tuhan menjawab, 'Anakmu itu lima, cuma dua yang Kristen. Lah anakku cuma satu, masuk Kristen pula'"

Mendengar itu, seluruh peserta Diversity Youth Camp, Minggu, (28/10) sore, di Maha Vihara Mojopahit, Mojokerto, lantas tertawa bersama. Pelatihan itu membahas kebhinekaan. Pesertanya ada 45 orang dari berbagai agama, suku dan orientasi seks.

Cerita di atas diungkap oleh Inayah Wahid, putri bungsu Gus Dur dalam sesinya di pelatihan itu. Nay Wahid, biasa ia disapa, memastikan tak ada yang tersinggung dengan bertanya, "ada yang marah nggak?". Peserta Kristen kompak menggeleng.

Begitulah Gus Dur, kata Nay. Ia tak hanya menoleransi keragaman, tapi malah merayakannya. Bagaimana merayakan perbedaan adalah dengan lelucon rasis, dan semuanya tertawa bersama. Gus Dur pun punya lelucon soal Kuli dan Kyai, atau soal orang Cina. Bagi Nay, orang yang bisa merayakan perbedaan hanyalah orang-orang yang sudah terpenuhi. Terpenuhi secara batin dan bukan materi. Bagi Nay, ayahnya adalah orang seperti itu.

Selama ini Gus Dur dikatakan banyak membela kaum minoritas misalnya penganut Kristen dan etnis Tionghoa. Nay Wahid menegaskan, "Dia tidak pernah membela Kristen atau Tionghoa. Dia membela manusia, membela kemanusiaan." Nay melanjutkan di makam Gus Dur pun, bukan ditulis seorang pejuang pluralisme, tapi pejuang humanisme.

Bagi Gus Dur, biarkanlah yang Kristen merayakan natal, biarkanlah yang Tionghoa menampilkan barongsay. Biarkanlah mereka berbeda.

Ada satu cerita soal Guntur Romli. Diceritakan Nay, Guntur Romli dahulu amat membenci Gus Dur. Bagi Romli, Gus Dur punya pemikiran toleransi yang salah. Satu kali Gus Dur datang dan bicara di pesantren tempat Romli belajar. Di sesi pertanyaan, Romli semangat bertanya. Ia menyalahkan pemikiran Gus Dur soal toleransi.

Di luar dugaan, Gus Dur malah menjawab, "anu siapa tadi yang Islamnya krisis? Jadi ustadz kok Islamnya krisis?". Karena bagi Gus Dur, seorang Islam yang kuat akan melindungi penganut agama lain. Hal ini karena ia tidak merasa terancam dengan keberadaan agama lain. Bila ia ketakutan dengan eksisnya agama lain, berarti ia sudah meremehkan umatnya sendiri, atau dalam bahasa Gus Dur, "Islamnya krisis".

Bila orang berpikir Gus Dur itu aneh, maka Indonesia memang butuh orang aneh. Seaneh Gus Dur yang bukan hanya menoleransi perbedaan, tapi malah merayakannya. Selamat merayakan perbedaan! []

- Bandung, 2 November 2012

Comments

  1. :) aku suka gayamu bercerita untuk postingan satu ini.

    ReplyDelete
  2. iseng iseng blog walking malah nyasar nemu tulisan bagus, saya suka sama tulisannya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimakasih fahmi yg baik, mari merayakan perbedaan :)

      Delete
  3. Tapi saya masih kurang paham dengan pemikirannya mantan presdiden yang satu ini.
    salah satunya kenapa banyak orams yang ngak suka dengan dia..
    saya juga ngak ngerti kadang dia terlihat begitu liberal..
    ah siapa tau saya yang tak begitu mengenalnya saja..
    :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul ben, memang tak semua setuju dgn konsep ini. tak apa, yg penting kondisi negeri saat ini membuktikan bahwa konsep gus dur patut dipertimbangakan :)

      Delete

Post a Comment

Mari berbagi pemikiran