Buku :
The Geography of Bliss



"The Geography of Bliss"
Oleh Eric Weiner
Penerbit Qanita Bandung
512 halaman
Cetakan pertama, Nov 2011

Semua orang ingin bahagia. Itulah alasan kenapa banyak orang rela bekerja keras demi dapat hidup yang layak. Hidup layak saat ini berarti memiliki penghasilan yang tinggi, dan terpenuhi seluruh kebutuhan materialnya. Hidup layak membuat orang bahagia, demikian pandangan umum manusia saat ini.

Melalui buku ini, Eric Weiner berani mempertanyakan arti kebahagiaan yang selama ini manusia tuju. Ia tidak yakin bahwa kebahagiaan hanyalah sekedar menjadi kaya raya. Untuk mencarinya, Weiner yang juga seorang jurnalis, berkeliling dunia dan mencari negara paling bahagia dengan satu pertanyaan utama: “apakah Anda bahagia?”

Buku ini merupakan kumpulan pengalamannya saat menapaki sepuluh negara yaitu : Belanda, Swiss, Bhutan, Qatar, Islandia, Moldova, Thailand, Britania Raya, India dan negaranya Amerika. Ia menyadari ternyata ukuran kebahagiaan di setiap negara amatlah berbeda.

Di negara supertoleran seperti Belanda misalnya, di mana ganja, prostitusi dan pernikahan sesama jenis dilegalkan, Weiner malah menemukan kebebasan yang bablas bukanlah yang manusia perlukan. Di sini pula Weiner bertemu Ruut Veenhoven, seorang profesor yang mengelola sesuatu yang disebut World Database of Happiness.

Di sebuah negara kecil Bhutan, kebijakan bernama Kebahagiaan Nasional Bruto dicetuskan rajanya. Penduduk Bhutan menyambut kebijakan itu saat penduduk dunia menertawakannya. Di Qatar yang mendadak kaya, warga negaranya jadi minoritas dari warga asing yang mengurusi Qatar. Qatar seolah jadi penjara dari emas.

Dipenuhi oleh banyak fakta lapangan dan data, buku ini bukan hanya novel tapi juga laporan jurnalistik yang dalam. Melengkapi pengalamannya, Weiner pun memasukkan beberapa pemikiran filsuf tentang kebahagiaan seperti dari Plato, Sigmund Freud dan John Ralston Saul.

Dengan gaya yang akrab dan cerdas, Weiner menjelaskan secara detail bagaimana sebuah negara memandang kebahagiaan. Secara apik ia menjelaskan berbagai pengalamannya di seluruh dunia. Dengan humor-humor yang diselipkan, buku ini tidak mengurangi fokusnya dalam membicarakan kebahagiaan dan menjelaskan perspektif sebuah negara.

Buku ini sangat cocok untuk mereka yang tertarik dengan komunikasi lintas budaya, antropologi dan filsafat. Meski demikian, buku ini tetaplah menarik untuk para pelancong dan pecinta novel perjalanan. []
                                                                                                   

  • Belajar budaya bisa dari mana saja, itulah kenapa resensi buku ini ada di blog ini. Meski tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah, tetap cocok untuk meluaskan wawasan kita.
  • Resensi ini pernah dimuat di suplemen Kampus harian Pikiran Rakyat. Kali ini dengan beberapa perubahan

Comments